Senin, 13 Agustus 2012

PHOTOGRAPHY I AM

Diposting oleh Indah Permatasari di 21.36 0 komentar
Ini hasil jepretan kamera sendiri, so please don't copy it!








Kamis, 24 Mei 2012

Scrablle :D xoxo

Diposting oleh Indah Permatasari di 22.50 0 komentar
Scrablle Girl Love R'nB :3 xoxo


ini scrablle bikinan Dhea Dinda

Nah, ini Tuan Krab =D yang bikinnya Farina sama Dhea.D

Kalo ini, punya nya Mega

Nah, ini punya gue =D

Ini juga :)

Kalo ini punyanya Dias

Ini tuan Krab waktu belum jadi, awalnya sih mau bikin Patrick

ini gambar Doggy, tapi dibalik doggy ini ada kata special loh :3

ini bikanan Nurul

Ini juga punya dias

Ini tuan krab







Selasa, 08 Mei 2012

Meraih Cinta song by R'nB

Diposting oleh Indah Permatasari di 22.35 0 komentar
Hallo guys, udah lama gue ga nge posting di blog gue, dan kali ini gue balik lagi :D
kali ini gue mau ngepost lyric "MERAIH CINTA" ini lagu gue yang bikin loh dibantuin juga sama temen gue Nurul Hasanah, trus juga disempurnain nadanya sama "Ervin, Kevin, and Habi"

" Meraih Cinta"

Kemanakah aku harus mencari cinta?
Cinta yang dapat membahagiakan aku
Bukan cinta yang kurasa saat ini
Yang penuh dengan kebohongan dan dusta

** Haruskah ku berlalri mengejar cintamu
Yang takkan pernah ku miliki seutuhnyaa ..

Reff : Andaikan dirimu merasakan
         Apa yang ku rasakan saat ini
         Betapa lelahnya mengejar cintamu
         Yang tak pernah ku dapatkan sebelumnyaa ...

Aku yang hanya bisa mencintaimu, yang hanya dalam kegelapan bayang semu
Dan berlari dalam mimpiku untuk, uuuntuk meraih cintamuu ...

#Back to ** and reff =)

Selasa, 10 April 2012

INDAH PADA WAKTUNYA ^^

Diposting oleh Indah Permatasari di 06.16 0 komentar

Sungguh, kukutuki sekaligus kunikmati kenyataan yang kualami sekarang ini. Aku bertanya-tanya, normalkah aku, atau jiwaku yang telah sakit? Luka demi luka di masa lalu ternyata telah mencetakku menjadi cewek yang mempersetankan cinta. Sampai kenyataan baru itu datang. Aku jatuh cinta pada Om Bur, seorang selebriti di kotaku, seorang yang sangat ramah, dan seorang Papa dari sahabat terbaikku.
Aku gamang.

Kutepuk keningku. Kuhitung, sudah sebulan perasaan terlarang itu menjerat hatiku. Seharusnya memang, ini tidak boleh terjadi!
Tania, sahabatku, anak Om Bur, yang mengawali semua ini. Ia tahu aku sedang kacau waktu itu. Lalu ia mengusulkan sesuatu.

"Udah, deh, Ke, terima aja Resnu. Dia kan cakep banget."
"Aku nggak bisa, Tan. Sumpah, aku nggak punya perasaan apa-apa padanya, juga pada yang lain," aku hampir menangis. "Aku takut, Tan, jangan-jangan nanti aku bisa jadi lesbi!"
"Hus! Ngaco!" Tania memandangku iba. "Kamu sendiri yang menghukum dirimu. Makanya jangan dipikir terus."
"Gimana caranya supaya nggak mikir?"
"Buang bayangan mereka dari pikiran kamu. O, ya, kamu suka nggak dengerin radio Santana?"
"Memangnya kenapa?"
"Untuk mecahin masalah-masalah asmara kayak kamu ini, radio Santana-lah tempatnya. Papaku kan penyiar di sana."
"Masak, sih?" aku mulai tertarik.
"Papa ngasuh banyak acara. Salah satunya 'Problema Asmara Kamu'. Cara konsultasinya enak lagi, Ke. Pakai telepon."
"Siapa sih nama Papa kamu?"
"Bur. Di udara dipanggil Om Bur."
Aku menganga. Benar-benar tidak menyangka. Jadi Om Bur, penyiar top itu, Papa Tania?
"Kamu kok nggak bilang-bilang Om Bur itu Papamu, Tan?"

Banyak memang yang belum kuketahui tentang Tania, terutama keluarganya. Ia seorang yang agak tertutup, sama seperti aku. Yang jelas, Tania telah kehilangan ibunya sejak kecil. Sedang aku, juga telah kehilangan Papa dua tahun lalu. Barangkali, latar belakang persamaan nasib itulah yang membuat kami cepat akrab sejak menjadi siswa SMA Teladan.

Tania-lah yang pada akhirnya membuatku menjadi penggemar maniak radio Santana, terutama acara-acara yang diasuh oleh Om Bur.

"Halo, radio Santana di sini," kata Om Bur waktu pertama kali aku ikutan di ajang 'Problema Asmara Kamu'. "Ini dari siapa, ya?"
"Dari Keke, Om. Keke temannya Tania."
"Tania?"
"Iya, Om. Tania anaknya Om. Kami satu sekolah. Teman akrab, Om."
"O, begitu. Pasti Tania yang nyuruh kamu ikutan acara ini. Iya kan, Ke?"
"Iya deh, Om."
"Oke, sekarang cerita deh apa masalah kamu, Ke?"
"Gini, Om. Saat ini saya sedang kacau. Kacau benar. Saya sering bener dikecewain sama cowok. 
Akibatnya, selama hampir dua tahun ini, saya nggak bisa lagi jatuh cinta pada cowok, secakep apapun itu. Saya nggak punya perasaan apa-apa lagi pada cowok, Om. Dan memang saya nggak bakalan bisa jatuh cinta, Om Bur."
"Ah, yang bener?" Om Bur tertawa. Tawa untuk yang pertama kali selama dua tahun ini kuakui sangat menawan.
"Bener, Om, saya nggak bohong!"
"Iya deh, percaya. Berapa sekarang usia kamu, Ke?"
"Limabelas, Om."
"Udah berapa kali kamu putus dengan pacar kamu?"
"Lima kali, Om."
"Waduh, banyak sekali iya, Ke. Itu artinya Keke itu laris. Om bisa tebak, Keke pasti cantik, iya," Om Bur tertawa.
Aku ikut tertawa.
"Aduh, Keke, seharusnya di usia kamu yang masih amat dini ini, Keke nggak boleh tersiksa karena cinta. Biarkan cinta itu datang silih berganti dalam kehidupan Keke, sampai tiba saatnya nanti Keke menemukan cinta sejati."
"Cinta sejati, Om?"
"Iya, Ke. Kalo cinta sejati nanti sudah datang, Keke akan sadar bahwa nggak benar Keke nggak bisa jatuh cinta lagi. Segala sesuatunya akan indah pada waktunya, Ke. Juga cinta sejati kamu akan datang pada waktu yang tepat, sehingga indah pada waktunya. Begitu, Ke."
Tiba-tiba saja, semuanya menjadi lain. Tiba-tiba saja, perasaanku menjadi plong.
"Oke deh, Keke, Om yakin Keke belum puas. Keke boleh datang konsultasi ke studio, dan Om akan dengar semua masalah Keke."
"Bener, Om?"
"Bener. Masak Om bohong?"
"Dua hari lagi, saya datang bareng Tania iya, Om."
"Oke, Om tunggu. Sekarang udahan dulu, iya. Salam buat adik Keke, Mama Keke, Papa Keke, juga kucing Keke."
"Tapi, Om...?"
"Kenapa?"
"Saya nggak punya Papa lagi. Sudah meninggal...."
"Oh, maaf, Keke. Kalo begitu, salam buat Papa didobelin ke Mama Keke aja, deh."
"Iya, Om...."
***

Sejak itu, aku jadi akrab dengan Om Bur. Tampangnya tidak seperti Bapak-Bapak. Wajahnya kelihatan masih amat muda. Punya sepasang mata yang amat teduh, senyum yang menawan, dan tawa yang renyah. Ia punya banyak modal untuk digandrungi.
Dan saat ini, detik ini, sama seperti hari-hari kemarin, aku sedang menunggu Om Bur siaran. Cuma bedanya, hari ini aku datang sendiri tanpa Tania. Betapa kangennya aku memandang mata Om Bur. Betapa kangennya aku tangan itu kembali menjewer hidungku, sama seperti yang dilakukannya pada Tania.
Om Bur keluar dari ruang siaran. Ia datang menghampiriku.
"Halo, Keke," Om Bur menjewer hidungku, sama seperti yang dilakukannya pada Tania.
Om Bur keluar dari ruang siaran. Ia datang menghampiriku.
"Halo, Keke," Om Bur menjewer hidungku. "Nggak dengan Tania?"
"Tania ada urusan, Om," aku berbohong. Padahal Tania tidak tahu aku ke sini.
"Keke pasti haus. Mau minum apa, Ke?"
"Apa aja deh, Om."
Om Bur begitu perhatian. Alangkah bahagianya Tania punya Papa sebaik Om Bur, dan alangkah malangnya aku tidak punya Papa untuk bermanja-manja.
"Apa kabar adikmu Sasi?" tanya Om Bur sambil menyodorkan sebotol sprite dingin.
"Baik, Om."
"Kucing Keke?"
"Lagi flu, Om."
Kami sama-sama tertawa.
"Mama Keke cantik, iya. Lembut lagi."
Aku menganga. Cantik? Lembut? Kapan ia melihat Mama?
"Kemarin, waktu ngantar Tania ke rumah Keke, Om sempat bertemu Mama Keke. Kami lama ngobrol. Keke sih, pergi ke mana aja? Tania sampai sebel nunggu Keke. Tania nggak cerita?"
Aku menggeleng lemah. Tiba-tiba saja aku merasa cemburu.
"Waktu masih muda, Mama Keke pasti secantik Keke."
"Berapa jam Om ngobrol dengan Mama?"
"Kira-kira lima jam, deh."
Lima jam? Selama itu? Apa saja yang mereka obrolkan?
"Agar-agar buatan Mama enak banget. Sudah lama Om nggak makan agar-agar seenak itu."
Kugigit bibirku. Om Bur makan agar-agar buatan Mama?
"Kaget iya, Ke?" Ia mengacak rambutku. "Om sama Tania sempat makan siang di rumah Keke. Sayur asemnya enak!"
Kugigit telunjukku. Sampai makan siang segala!
Om Bur sudah kembali siaran. Aku tidak berminat lagi menungguinya siaran. Aku harus pulang!
"Keke!" panggil Om Bur ketika kakiku sudah di halaman.
"Iya, Om?"
"Keke ada ongkos pulang?"
"Ada...."
"Salam buat Mama...."
"Iya...."
"Bilangin, Om Bur kangen makan agar-agar lagi."
"Iya...."
"Dadah Keke...."
"Dadah...!"
Langkahku begitu berat. Tertarikkah Om Bur pada Mama? Tidak, tidak, tidak mungkin! Itu cuma pengungkapan rasa hormat Om Bur terhadap Mama karena aku adalah sahabat Tania! Hanya sebatas itu! Tidak mungkin ada yang lain!
***

Ini adalah untuk yang pertama kalinya aku melihat wajah Mama bersinar lagi selama dua tahun ini. Sejak Papa berpulang, Mama larut dalam segala kesedihannya.
Malam ini, Mama cantik sekali. Sudah berdandan rapi. Om Bur-kah yang ditunggunya? Tidak mungkin! Toh sejak Om Bur titip salam, ia tidak pernah menyinggung-nyinggung tentang Mama.
"Mama lain sekarang iya, Mbak Ke," Sasi mencolek tanganku.
Aku diam. Tanganku sedang sibuk mencari gelombang radio Santana. Malam ini Om Bur siaran. Katanya siang tadi, ia akan kirim lagu untukku.
"Halo, kawula muda, radio Santana bersama Anda," suara Om Bur. "Sekarang kamu-kamu sedang mengikuti ajang 'Anjang Sana'. Buat Keke di Padang Harapan, udah belajar belum? Kalo udah, dengerin nih lagu 'Semenjak Ada Dirimu' milik Anditi yang kamu pesan tadi siang. Om yakin, Keke pasti hepi dengerin lagu ini."
Lagu 'Semenjak Ada Dirimu' dari Anditi berkumandang di kamarku, juga di hatiku.
"Buat Keke, Om tinggal dulu, iya. Sekarang giliran Mama Keke yang Om kirimi lagu."
Astaga!
"Buat Mama Keke, selamat malam, dan selamat menunggu kedatangan saya. Udah rapi, kan? Oke deh, sebentar lagi saya dan Tania akan menjemputmu. Anak-anak diajak sekalian, iya?"
Aku terhempas. Kenyataan macam apakah lagi ini?!
Jam delapan, Om Bur datang. Tidak bersama Tania. Aku mengintip dari kamarku. Mama setengah berlari ke halaman menyambut Om Bur. Mereka saling senyum, saling bertatapan, saling....
Maka berakhirlah semua harapanku.
Mereka cekikikan di ruang tamu.
"Tania nggak jadi ikut?"
"Katanya malas, Jeng. Dia titip salam saja untuk Jeng. Anak-anak mana?"
"Sasi baru aja keluar dengan pacarnya. Sebentar, saya lihat dulu Keke di kamarnya."
Refleks kuhempaskan tubuhku ke ranjang. Kututupi wajahku dengan selimut.
"Keke, Keke, bangun, Nak. Ada Om Bur," Mama mengguncang tubuhku.
Beberapa menit kemudian, Mama keluar. Nyata sekali Mama tidak bersungguh-sungguh membangunkanku. Supaya acaranya dengan Om Bur tidak terganggu!
Aku mengintip lagi dari kamar.
"Wah, Keke nggak bisa dibangunin lagi tuh, Mas."
Dasar pembohong! Apa katanya tadi?! Mas?!
"Iya udah. Bagaimana kalau kita nggak jadi keluar? Kan lebih enak di rumah. Saya ingin memandang bola matamu lama-lama, Jeng...."
"Ah, Mas ini...."
Genit! Mama genit!
"Jeng...!"
"Iya...?"
"Sudah kamu beritahu anak-akan tentang rencana pernikahan kita?"
"Belum, Mas. Tapi aku yakin, mereka akan setuju. Apalagi Keke, dia pasti merasa sangat surprais."
Airmataku banjir. Dua tahun aku tidak punya perasaan apa-apa pada cowok. Sekarang, setelah perasaan itu kembali muncul, kenapa Om Bur harus dirampas? Kenapa justru yang merampasnya adalah Mama?
Airmataku terus berhamburan, dan aku gagal menyembunyikan suara tangisku.
"Keke, ada apa, Nak?" Tiba-tiba Mama sudah berdiri di ambang pintu. Di belakang Mama, ada Om Bur....
"Keke, bilang pada Mama ada apa?"
"Keke... Keke...!"
"Kenapa, Nak?"
"Keke... Keke mimpi diterkam harimau. Keke takut, Ma...."
"Udah, jangan takut lagi, iya," Mama menarikku ke pelukannya. "Di sini ada Mama, ada Om Bur."
"Iya, Ke. Jangan takut. Ada Om di sini. Mimpi segitu aja Keke kok takut?"
***

Tak ada lagi suara radio di kamarku. Bahkan radio sudah kulemparkan ke gudang. Toh semuanya sudah berakhir! Toh luka-lukaku sudah sempurna dalamnya! Toh...!
Tinjuku terkepal, menahan rasa cemburu yang amat hebat.
Hari pernikahan Mama dengan Om Bur sudah ditentukan. Aku cuma bisa mengangguk lemah ketika Mama minta restu persetujuanku beberapa hari yang lalu.
"Kamu setuju kan, Ke, kalo Mama menikah... dengan Om Bur?" tanya Mama. Matanya memandangku penuh harap.
"Setuju, Ma."
"Kamu kok lesu, Ke. Kenapa, Nak? Sakit?"
"Mimpi-mimpi seram itu terus mengganggu saya, Ma," aku berbohong.
"Mimpi diterkam harimau?"
Aku mengangguk. Airmataku merebak. Tuhan, betapa pahitnya kenyataan ini!
"Sebaiknya, saya tinggal bersama Nenek dulu di Curup, Ma."
"Baiklah, Nak."
Sejak mendengar tentang pernikahan Mama dengan Om Bur, aku memang terus bermimpi. Bukan mimpi diterkam harimau, bukan! Aku bermimpi, Mama menikah di gereja. Dan dalam mimpi itu, aku menangis, menangis, dan menangis!
***
Menurut rencana, cuma sebulan aku tinggal bersama Nenek. Nyatanya, sampai bulan keempat, sampai Mama menikah, sampai Mama dan Sasi pindah ke rumah Om Bur, aku tidak kembali. Kukira, aku sudah tidak punya tempat lagi di sana. Buat apa aku kembali ke rumah, jika di sana aku cuma berjuang menyingkirkan rasa cemburu kepada Mama.
Tiap hari kerjaku cuma merenung, dan terus menyesali nasib.
Suara radio tetangga sebelah berkumandang, memamerkan lagu dangdut. Iseng-iseng, kuhidupkan radio Nenek.
Dan... suara khas Om Bur langsung meluncur.
"Buat Keke di kota kecil Curup, gimana kabarnya, Nak. Minggu depan, Papa, Mama, Tania, dan Sasi akan mengunjungimu. Papa kangen menjewer hidung Keke...."
Radio kusentakkan. Hampir saja jatuh membentur lantai. Apa katanya tadi? Papa? Lancang betul!
Minggu yang gila itu pun tiba. Mereka datang dengan segala keceriaan mereka, dengan segala kebahagiaan mereka. Tiga bulan pisah dengan Mama, aku lihat ia bertambah cantik. Tak ada lagi warna kelabu dalam matanya. Aku senang, tapi juga marah, sedih, sirik, iri, dan cemburu!
"Halo, Keke," Om Bur menjewer hidungku. "Keke nggak kangen pada Papa?"
Tenggorokanku tercekik.
"Kangen kok, Pa...."
Tuhan, aku telah memanggilnya Papa?
"Halo, Kak Keke...!"
Aku semakin takjub. Apa kata Tania? Aku dipanggil Kakak? Aku memang tua tujuh bulan darinya. Tapi, haruskah aku dipanggil Kakak?!
Rasa takjubku tidak cukup sampai di situ. Tania dengan fasih memanggil Mama pada Mamaku, dan Sasi dengan lincahnya memanggil Papa pada Om Bur. Aku menggigit bibir. Harus bagaimana aku bersikap di tengah luapan kegembiraan mereka?
"Mama, Mama," Tania menarik-narik tangan Mamaku. "Kolam ikannya mana dong, Ma?"
"Tuh, di ujung sana, Sayang."
"Kita mancing sekarang dong, Ma!"
Mama, Om Bur, Sasi, dan Tania berlarian ke arah kolam ikan. Aku menyusul, tanpa semangat.
"Seharusnya kamu bahagia punya pengganti Papa sebaik dia, Ke," Nenek menggamitku dari belakang.
"Saya bahagia kok, Nek."
"Kenapa mesti bohong. Nenek sudah baca buku harianmu."
"Nenek!" Aku memekik. "Nenek lancang sekali!"
"Kenapa ini bisa terjadi, Ke?"
"Saya nggak tahu, Nek! Perasaan itu mengalir begitu saja."
"Sebenarnya bisa kamu cegah. Tapi kamu nggak mau melakukanna, karena kamu egois!"
"Egois kata Nenek?"
"Apa nggak egois namanya, jika kamu nggak rela Mama dan adik kamu bahagia. Sebenarnya, perasaan kamu pada Om Bur bukan cinta! Sebenarnya, sosok Om Bur muncul dalam benak kamu sebagai Papa, tapi kamu salah kaprah menyebutnya sebagai cinta. Dan nggak bener kamu nggak bisa jatuh cinta lagi! Kamu hanya belum ketemu cinta sejati, Keke. Percayalah, cinta sejati suatu saat akan datang dalam hidupmu, akan indah pada waktunya, Keke...."
Aku ternganga.
"Mulai sekarang, bunuh semua rasa cemburu kamu! Seharusnya kamu bersyukur, telah mendapat pengganti Papa yang sangat baik! Apalah artinya perasaan semu kamu dibanding dengan cinta dan kasih sayang Om Bur yang begitu tulus? Itu karunia besar, Cucu...."
Tangisku pecah.
"Tapi, Nek, saya duluan yang mengenal Om Bur."
"Jadi maumu apa sekarang?"
"Nek...."
"Masihkah kamu tetap sirik pada Mama kamu, jika Nenek beritahu sekarang bahwa Mama telah mengandung?"
"Apa, Nek?"
"Kamu akan segera punya adik."
"Saya... saya...."
"Sekarang pergi sana ikut mancing. Panggil Om Bur dengan sebutan Papa tanpa malu-malu!"
"Nek...!"
"Keke!" teriak Om Bur dari jauh. "Cepeten sini mancing bareng Papa!"
"Iya, Papa!"
Aku berlari menghampiri mereka ke kolam ikan. Nenek memang benar. Mulai sekarang, akan kubunuh perasaan terlarang ini, meskipun untuk itu aku harus berjuang.
Bukankah Om Bur pernah bilang, segala sesuatunya akan indah pada waktunya.

Sabtu, 07 April 2012

Kejujuran itu INDAH

Diposting oleh Indah Permatasari di 06.37 0 komentar
Pagi hari di sekolah didalam kelas ada 3 orang anak murid yang sedang berbincang-bincang. Anak-anak ini mempunyai group yang bernama tralalatrilili yang anggotanya ada 4 orang. Yaitu Risa, Siska, Rini, dan Yola. Risa : (Ceria) ”Pagi siska !!” siska : “Pagi ris ” Yola : “Ngomong-ngomong kayanya ada yang kurang deh !” Risa : “Iya, yah” Lala : “iya, benar ada yang kurang. Orang Rini belum datang.” Siska : “Oh. Iya Rini. Pantas saja sepi banget biasanya dia kan yang paling bawel !” (Tiba-tiba Rini datang, dengan wajah termenung tanpa senyum. Sedikitpun Langsung duduk ditempat duduknya.) Yola : “Tumben banget nona bawel baru datang ?” Siska : “ Iya nih kesiangan ya ?” Rini : “Iya (sambil termenung)” Risa : “Kamu kenapa Rin ? Tidak biasanya kamu seperti ini ? biasanya kamu pagi-pagi udah buat kita bertiga ketawa.” Lala : “Iya nih ! kamu sakit rin , kayanya kamu lesu banget.” Siska : “Tau nih ditanya aku aja jawabannya singkat banget.” Rini : “Tidak, aku tidak apa-apa hanya lagi malas ngomong saja.” Risa : “Ya sudah rin kalau memang kamu tidak kenapa-napa kita Cuma takut aja kalau kamu lagi ada masalah atau kamu sedang sakit tapi tidak mau cerita.” Rini : “Ya. pokoknya aku tidak kenapa-napa. Kalian tidak usah takut. (Bel masuk pun berbunyi) Bu Raysa pun masuk ke dalam kelas karena pada hari ini jam mengajar Bu Raysa dikelas ini. Ia ini salah satu guru yang aneh di sekolah. Bu Raysa : “Pagi.. anak-anak ?” Anak-anak : (Menjawab Serentak) “PAGI BU ” Bu Raysa : “Baik pada hari ini kita akan melanjutkan materi yang minggu lalu Ibu berikan, sebelumnya kumpulkan tugas kalian !!” Anak-anak : “IYA BU” Rini : “Bu, buku tugas saya tertinggal dirumah !” Bu Raysa : “ TERTINGGAL? kamu tidak membawa tugasnya, apa tidak membuatnya ?” Rini : “Saya tidak membawanya bu. Sungguh, saya tidak berbohong.” Bu Raysa : “Ya sudah kalau begitu kamu tidak dapat nilai seperti teman-teman kamu” Risa : (berbisik-bisik) rin kamu tidak membawa tugasnya ? Tidak biasanya kamu kaya gini Rini : “Iya ris aku lupa. Semalam aku tidur malam banget !!! Jadi aku lupa memasukan kedalam tasku.” Bu Raysa : Ibu akan berikan selembaran kertas yang isinya materi-materi penting untuk kalian pelajari” Bu Raysa membagikan kertas lembaran itu, anak-anak pun membacanya dan memahaminya. Lalu ia memeriksa tugas yang dikumpulkan tadi. Tiba-tiba kepala sekolah datang dan masuk kedalam kelas. Kepala Sekolah : “Permisi bu raysa, Saya minta waktu sebentar.” Bu Raysa : “Silahkan ibu kepala sekolah !!! Memang jam mengajar saya juga sudah habis.” Kepala Sekolah : “Anak-anak maaf ibu mengganggu kalian belajar. Sebentar, ibu kesini mau memanggil anak yang bernama Rini . Yang bernama Rini acungkan tangan.” Rini : (Mengancungkan Tangan) “SAYA BU !” Kepala Sekolah : “Ikut keruang ibu sebentar, ada yang ibu mau bicarakan !” Rini : “Baik Bu.” Sampainya diruang Kepala Sekolah,Rina duduk tegang di handapan kepala sekolah. Rini : “ Ada apa ya bu sampai saya di panggil keruang ibu ?” Kepala Sekolah : “Begini, apa benar kamu sudah menunggak SPP 3 bulan ?” Rini : “Iya bu memang saya belum membayar uang spp selama 3 bulan.” Kepala Sekolah : “Kenapa ? kamu sampai menunggak 3 bulan apa sebenarnya kamu di kasih uangnya sama orang tua kamu cuma pakai ?” Rini : “Tidak bu memang saya belum dikasih uangnnya sama orang tua saya karna orang tua saya belum punya uang.” Kepala Sekolah : “Ya sudah, kalau begitu. Ibu sarankan terhdap kamu secepatnya kamu lunasi karena sebentar lagi kamu akan UAN. Rini : “Baik bu, Secepatnya saya akan melunasinya.” Kepala Sekolah : “Baiklah, Kembalilah kekelasmu!” Rini : “Terima kasih bu. Permisi !” Akhirnya Lili kembali kekelas. Didalam kelas, Siska, Risa, dan Yola sedang asik mengobrol. Yola : “Rin, Ibu Kepala Sekolah ngomong apa sama kamu ? ada masalah ya ? Rini terpaksa berbohong dengan sahabat-sahabatnya karena dia tidak mau sahabtanya jadi tahu masalah dia dan ikut kedalam masalahnya. Rini : “Tidak ada masalah apa-apa cuma ngobrol masalah perpisahan aja aku kan ketua panitia.” Yola : “Oh. dikira kau kenapa ?” Risa : “Teman, nanti pulang sekolah antar aku ya ke toko buku ? Soalnya aku mau beli novel-novel terbaru sekalian kita shopping. Yola, siska : “IYAA !!” siska : “Rin, kok kamu diam, apa kamu tidak mau ikut ?” Rini: “Iya sis, kayanya aku tidak ikut soalnya kan kamu tahu sendiri ayahku lagi sakit. Belum Sembuh, jadi aku harus membantu ibu menjaga ayah.” Risa : “Ya, sudah kalau begitu ! Bel Istirahat berbunyi .. Risa : “Sudah istirahat, kita kekantin yuu.. Laper nih !!” Yola, siska : “Yuk.kita juga laper!” Rina : “Teman, aku tidak ikut ya soalnya aku tidak laper dan lagi males kekantin. Kalian saja ya ?” Siska, Yola, Risa : “Ya sudah kalau kamu tidak mau ikut. Kita ke kantin dulu ya ?” Rini Terpaksa harus berbohong lagi padahal dia bukan tidak lapar tapi tidak mempunyai uang dan tiba-tiba tersirat di pikiran Rini untuk mengambil uang Risa yang ada didalam tas. Uang itu akan digunakan Siska untuk membeli Novel dan Shopping nanti sepulang sekolah. Rini: “Aku bingung nih harus membayar SPP tapi gak punya uang. Minta sama ibu kan ibu sedang tidak punya, habis untuk ayah kerumah sakit. Apa aku ambil saja uang Siska yang katanya mau dibeluikan novel dan shopping pasti uangnya cukup ! Tapi kan dia sahabat aku sendiri. Maafin aku ya ria. Tidak ada jalan lain, Karena aku harus secepatnya melunasi uang SPP.” Tanpa Rini Sadari ada yang melihat kelakuannnya itu yaitu Fauzia dia anak kelas itu juga. Fauzia tidak sengaja mengintip Rini di pintu kelas. Fauzia : “Apa yang dilakukan Rini itu kan tasnya siska kok dia mengambil uangnya ?” Fauzia pun langsung kedalam kelas dan pura-pira tidak tahu. Bel Masuk kelas pun berbunyi . Siska, Lala, dan Risa masuk kedalam kelas. Risa : “Sedang apa kamu Rin ?” Rini : “Aku lagi baca buku saja.” Lala : “kamu istirahat hanya dikelas aja ? tidak bosen rin ?” Rini : “Tidak, aku kan sudah bilang aku males.” Risa : “Sudah, kok jadi dipermasalahin sih ?!” Risa belum menyadari kalau uangnnya hilang. Setelah dia membuka tasnya dan melihat dompetnya terbuka dia langsung kaget karena uangnya hilang Risa : “Teman, uang aku hilang semua !” Lala, siska : “HILANG ?!?” siska : “Kamu lupa kali ris. Coba cari Lagi.” Risa : “Aku tidak lupa tadi aku simpan disini uangnya. Kemana ya ?” Lala : “Apa ada yang MENCURI uang kamu sis !!?” Risa : “Bisa jadi, kalau tidak ada yang mencuri gak mungkin uang aku hilang.” siska : “Siapa yang mencuri ya kok tega banget sih !!?” Risa : “Rin. ! Kok kamu diam saja sih ? Bantuan aku dong ! uang aku hilang nih !! Rini : “Bukan Aku sis yang mencuri !!” Risa : “Siapa yang bilang kamu yang mencuri. Aku kan Cuma minta dibantuin cari.” Siska: “Rin. kok kamu ngomong gitu ? bukannya aku nuduh kamu ya dari tadikan Cuma kamu yang ada dikelas ini sampai istirahat selesai.” Rini : “Tapi bukan aku ris yang ngambil uang risa . Benar bukan. Aku kan sahabat Risa dan Kalian.” Lala : (Jutek) “Biarpun kamu sahabat kita mungkin ajakan. Ya udah biar kita tidak salah nuduh kita periksa tas kamu, Cuma membuktikan saja.” Rini : “Jangan kumohon JANGAN !! Bukan aku yang ambil.” Tiba-tiba Fauzia bicara dengan mereka. Fauzia : “Hei. Sebelumnya aku minta maaf kalau aku ikut campur urusan kalian. Aku Cuma mau bilang tadi aku lihat Rini membuka tas kamu ris dan mengambil sesuatu sepertinya ya.. UANG.” Risa : “Kamu gak bohong kan Fauzia ?” Fauzia : “Iya aku tidak berbohong aku lihat dengan mata kepalaku sendiri. Maafin aku Rin, aku tidak mau menutupi kejahatan. Jadi, aku ngomong apa yang aku lihat tadi.” Rini : ”Fauzia.aku sama sekali tidak tahu kalau tadi kamu melihat apa yang aku lakukan. Risa, memang aku yang mengambil uang kamu. Fauzia benar. Tapi aku terpaksa sis !!! Aku bukan bermaksud Jahat.” Risa : “Jadi, kamu rin yang mengambil uang aku ! Ya ampun rin, Aku gak nyangka banget !!! Kamu terpaksa kenapa ???” Rini : “Aku terpaksa karna aku belum bayar uang SPP 3 bulan. Orang tua ku tida mempunya uang kan kamu tahu sendiri ayahku sedang sakit.” Risa : “Tapi kamu tidak harus seperti ini rin? ” Lala : “Iya rin kenapa kamu tidak jujur ada sama kita. Kalau kamu jujur kita pasti akan bantu kamu. Siska : “Bener banget !!! Jadi kamu dari tadi pagi sudah berbohong kamu bilang kamu lagi males aja ternyata kamu ada masalah ?” Rini : “Risa, Lala, siska aku menyesal sudah tidak jujur sama kalian. Aku seperti ini karna aku tidak mau menyusahkan kalian terus. Aku minta maaf sama kalian. Terutama Risa.” Risa : “Aku maafin kamu rin . Karena aku tahu kamu dalam keadaan terdesak melakukan semua ini.” Rini : “Kamu memang sahabat aku yang paling baik Ris , aku sangat menyesal sekali.” Lala : “Bagaimanapun seseorang sahabat dia tetap menjadi seorang sahabat ! Siska : “Kamu salah rin, diralat ya ? Bagaimanapun kesalahan seorang sahabat kita harus memaafkannya karena manusia pasti membuat kesalahan dan tidak selalu benar. Jadi kita harus tetap jadi sahabat sejati.” Rini : “Makasih ya sahabat-sahabat ku kalian memang sahabat yang paling baik dan yang paling aku sayang . Makasih kalian sudah mau maafin aku dan masih mau jadi sahabat aku . Risa, Lala, Siska : “IYA DONK HARUS !!!” Risa : “ya udah rin Uangku untuk kamu saja karena aku tahu kamu sangat m embutuhkannnya daripada aku.” Rini : “Benar ris ? Makasih sekali lagi aku ucapkan untuk kamu sampai kapan pun juga aku gak akan melupakan kebaikan kamu.” Risa : “Iya rin, Kamu makasih juga dong sama fauzia karena dia sudah buat kejujuran untuk kamu.” Rini : “Fauzia, terima kasih ya ? Atas kejujuran kamu !” Fauzia : “Iya rin sama-sama.” Risa : “Ya sudah kalau seperti ini kan jadinya enak. persahabatan kita tidak hancur. .” Lala, Rini, Siska, : “YEEEEEEEEE” TAMAT

Sabtu, 24 Maret 2012

BIDADARI TERAKHIR

Diposting oleh Indah Permatasari di 07.02 0 komentar

” Karena sekeras apapun aku berpikir tentangmu-hanya ada satu hal yang bisa kupahami bahwa kaulah hal terindah yang pernah kumiliki dalam hidup ini” agnesdavonar

diangkat dari sebuah kisah nyata cinta seorang pria dengan PSK
(info : penulis diminta sendiri loh sama narasumber, jadi kalau di kaskus ada yang sama kisahnya ya karena sumbernya sama  tapi untuk kepentingan naskah agar mudah dicerna penulis mengubah sedikit saja , selama membaca)

Malam itu, seharusnya bukan jadi malam milik gua. Malam yang sesungguhnya bukanlah yang gua harapkan. Adit, temen kecil gua. Entah harus bagaimana gua mengatakan? Tiba-tiba ketika habis pulang dari hang out di kafe, mengarahkan motornya ke sebuah tempat yang mungkin baru dalam hidup gua. Tempat pelacuran, ya.. semua juga tau kalau daerah yang sedang gua injakkan kaki ini adalah daerah protistusi. Gua sempat protes sama Adit, kenapa tiba-tiba ngajak gua ke tempat kayak ginian. Umur gua kan masih 17 tahun dan baru aja dapat ktp resmi seumur-umur hidup gua.
Gua gak bisa ngelarang teman gua untuk menyalurkan apa yang dia inginkan walaupun harus dengan cara seperti ini. yang terbaik buat gua adalah tidak ikut dalam permainan dia. Akhirnya kita berdua memarkirkan motor di sebuah rumah. Banyak cewek-cewek cantik yang berdiri sambil menggoda. Adit masuk, dan gua memutuskan untuk tunggu di luar. Sesekali dia nanya ke gua,
“ yakin loe gak mau coba? Gua bayarin deh!”
“ ogah, gua masih tahan iman, loe aja sana! Jangan pakai lama! Entar kalau digrebek polisi, disangka gua lagi yang mau!”
“ iya-iya, anteng aja loe disana.. “
Dengan wajah cemburut dan tatapan beberapa perempuan gua seperti orang bego yang nunggu diluar sambil megangan helm gua. Adit uda memilih cewek yang harus jadi teman dia malam itu. Gua menunggu di luar dan tiba-tiba salah satu cewek di dalam rumah itu keluar sambil menghisap rokok. Dia ngeliat gua, lalu menawarkan rokok kepada gua.
“ Enggak makasih,  gua gak ngerokok “ kata gua menolak dengna harus.
“ Hah, jaman gini masih ada yang gak ngerokok.. aneh..” Tanya cewek itu dan gua hanya senyum-senyum.
Dia duduk disebelah gua, menatap mata gua dengan tajam sambil sesekali membuang asap rokok ke langit-langit atap.
“ Kok nunggu disini, ga ikutan aja sama temen kamu!”
“ Enggak , biarian aja si adit yang pengen,Cuma nemenin aja”
“ uda, loe sama gua aja mau? “
Gua memandang cewek disamping gua, sejujurnya dia cewek yang cantik, putih dan idaman gua. Tapi ketika dia menawarkan dirinya ke gua, tiba-tiba gua jadi ilfell. Kenapa cewek secantik ini harus menjadi seorang pelacur, dunia ini memang gak adil.
“ enggak mbak ,makasih”
“ uda maulah, gua kasih diskon.. “ tawar dia lagi.
“ beneran mbak, saya gak mau..” tolak gua dengan halus.
“ apes deh gua, daritadi gak ada yang mau ama gua..”
“ loh mbak kan cantik, kok ga ada yang mau..!”
“ ya nasib lah, namanya juga jualan, kadang laku, kadang kagak, malah gua lagi ada masalah lagi,,.”
Entah mengapa gua jadi merasa ingin tau masalah dia.
“ masalah apa mbak?” Tanya gua
“ umur loe berapa?” Tanya dia ke gua
“ masuk 17 tahun ini,., “
“ yailah, masih brondong, masih belum tau namanya dunia dewasa..” ledek dia.
“ kata siapa.. setiap orang punya masalah, gak mandang gede atau kecil umurnya..”
Dia melihat gua, mungkin dia merasa gua pinter merangkai kata-kata.
“kayanya loe bukan cowok brengsek ya.. beda sama cowok-cowok yang suka kesini Cuma pengen cari cewek buat kesenangan sesaat’
Gua tersenyum manyum dipuji dia.
“ Hehe, ga semua cowok brengsek kok mbak..
“ mungkin aja…  hm.. gua lagi butuh duit..” kata dia tiba-tiba.
Dalam hati gua, mungkin ini masalah klasik. Kalau ga butuh duit, buat apa dia kerja sebagai pelacur.
“ Maaf kalau boleh tau, duit buat apa ya?”
“ nasib jadi orang miskin, selalu kena masalah, nyokap gua tiba-tiba ada benjolan di perut, kemarin sempat dibawah ke puskemas, kata dokter sih tumor ringan.  Mesti cepat-cepat di operasi kata dokter, tapi ya tau sendiri Negara kita, apa-apa butuh duit. Ujung-ujungnya duit buat operasi. Makanya gua lagi sial, semingguan ini jarang dapat pelanggan. Apes..”
Entah mengapa, gua merasa, ada kejujuran dari apa yang cewek ini ngomongin. Dia gak seperti lagi sandiwara.
“ namanya mbak siapa?”
“ panggil gua Eva aja! Loe?”
“ Gua, Rasya.. “
Tiba-tiba kita terdiam, melihat wajahnya yang tampak sedih sehabis cerita kehidupan dia, gua merasa iba dan menawarkan dia setulus hati.
“ kalau eva emang butuh duit, gua ada, tapi gak banyak, kali-kali aja bisa bantuin nutupin kekurangan.”
Dia ngeliat gua.
“ loe kan masih 17tahun, mau dapat duit dari mana 1,5 juta kekurangang gue..”
“ oo, jadi kurangnya 1,5juta. Tenang aja Va, gua ada kok kalau segitu, tapi kalau sekarang.. gua ga bawa duitnya.. kalau besok gimana?”
Dia tertawa kecil.
“ gua sih uda biasa digombalin sama pelanggan. Tapi kalau digombalin berondong sih baru kali ini..” ledek dia.
“ sumpah gua ga bohong, gini aja, nomor hendphone loe berapa? Nanti besok gua telepon dan kasih duitnya, tapi jangan disini ya.. soalnya gua ga nyaman..”
“ terserah mau dimana, neh nomor gue..” kata dia sambil ngasih kertas dengan angka nomor telepon dia.
” inget loe, gua ini bukan orang baik. ”
” gua juga bukan orang baik. tapi juga bukan orang jahat, gua dan loe hanya terlahir di dunia yang keduanya gak bisa kita hindari..”
Tiba-tiba adit selesai, dan dia langsung menuju gua. Sebelum adit ngajak gua pergi, gua pamitan sama eva. Dia tersenyum. Dari wajahnya gua tau, dia pasti berharap banget apa yang gua katakan ke dia itu benar. Walau sebenarnya gua sendiri ga punya duit sebanyak yang dia mau.  Duit yang gua punya Cuma ada 900 ribu dan masih kurang 600 ribu buat ngasih ke eva. Akhirnya gua mesti nunggu seminggu hingga terkumpul 1,5 juta. Bermodalkan duit yang sesungguhnya hasil uang jajan gua. Akhirnya gua nelepon dia.  Sebelum memastikan apa eva benar-benar sungguh-sungguh atau bohong, gua sempet survey ke psk sekitar tempat kerja eva dan hasilnya positif dia ga bohong makanya gua usahain duit terkumpul cepat.
Eva terkejut ketika gua nelepon dia, gua meminta janjian ketemu sama dia di kafe yang telah gua tentukan. Seumur-umur dalam hidup gua, baru kali ini gua beramal cukup besar untuk orang lain. Gua masukan duit itu dalam tas gua. Mungkin bonyok gua akan marah besar kalau tau duit jajan gua habis untuk dia. Tapi gua cukup beruntung terlahir dari keluarga yang mampu, jadi gua yakin. Bonyok gak akan tega biarin gua hidup tanpa duit sedikitpun andai gua bilang, gua butuh duit.
***
Eva muncul dengan pakaian yang lebih tertutup kebanding pertama kali gua lihat. Kita makan dan sesekali gua jelaskan kenapa gua baru hubungi dia dengan alasan sibuk ujian, padahal sesungguhya sibuk nabung untuk bantu dia. Eva mungkin gak pernah kepikiran kalau gua ngajak dia ketemu untuk bantu keuangan dia, dia lebih berpikir kalau gua ini ketemu dia sebagai seseorang yang membutuhkan dia seperti laki-laki lainnya.
Kita sempat jalan-jalan sebentar sampai akhirnya motor gua membawa dia ke pantai. Kebetulan mal di kota gua selalu dekat dengan pantai. Gua duduk disamping dia. Dia langsung menyodorkan pertanyaan.
“ sebenarnya , loe manggil gua untuk make gua? Atau temenin loe jalan sih?”
“ coba tebak?” Tanya gua.
“ dua-duanya juga ga masalah, gua uda lama gak jalan sama cowok. Terakhir pacaran juga apes. Dari sekian cowok yang nembak gua, Cuma dia yang gua terima. Ujung-ujungnya cowok emang brengsek. Cuma mau tidur sama gue.. makanya sejak sekarang gua mati rasa sama yang namanya cinta.. !”
“ loh kayaknya loe dendam banget ya sama cowok. Maaf loh kalau lancang, Cuma ngerasa gitu”
“ ngapain minta maaf, emang nasib gua kok. Terlahir sebagai cewek hina, miskin, keluarga berantakan. Lonte..” tiba-tiba eva nangis dengan kalimat terakhir itu.
“ loe nangis..” Tanya gua jadi ikut sedih.
“ lonte.. gua uda sering denger kalimat itu dari mulut orang lain buat gua, rasanya nyakitin banget.  Asal loe tau , kalau aja dunia ini lebih indah dari yang gua mau. Gua juga gak mau jadi lonte..  siapa sih di dunia ini yang mau jadi pelacur, lonte. Ini karena terpaksa. Masih ada adik sama keluarga yang butuh gua untuk bertahan hidup..”
“ eva.. jangan nangis dong. Tujuan gua kesini, Cuma pengen ngasih ini..” kata gua sambil ngasih duit ke dia.
“ gua emang masih berondong seperti yang loe bilang, tapi gua juga punya hati. Walau hidup gua cukup, tapi gua mengerti perasaan loe.. mungkin Tuhan Cuma lagi kasih ujian buat hidup loe. Kalau pun itu berat saat ini, gua harap bantuan dari gua, bisa bantu meringankan beban loe..”
“ loe.. kenapa sih mau bantu gua.. kan gua ini bukan siapa-siapa loe, bukan temen loe.  Bahkan bukan orang yang pantes kenal sama loe..” kata dia sambil menangis.
“ gua juga gak tau. Yang jelas, kita uda ditakdirkan buat jadi orang yang mengenal.. gua senang kok kenal sama loe. Sekarang pakai duit ini buat operasi nyokap loe ya,. Biar cepat sembuh dan loe bisa kerja yang lain.. bukan seperti sekarang..”
Dia terdiam sambil merenung.
“ kalau pun gua gak kerja kayak gini, gua juga uda pasti gak ada yang mau. Palingan laki-laki berengsek yang mau sama gua..”
“ kata siapa gak ada yang mau..”
“ ya kata gua lah.. mana ada sih yang mau sama bekas pelacur!! Bekas lonte…”
“ gua mau..”
Eva terdiam mendengar kalimat gua.
“ umur loe masih muda, belum tau yang namanya cinta.  Ya sudah, terima kasih buat bantuan loe. Kelak kalau gua ada duit. Gua akan balikin duit ini.. sekali lagi, terimakasih”
“ sama-sama eva..”
Selang beberapa hari, eva sempat sms dan memberi kabar ke gua kalau nyokapnya sukses dengan operasi dia. Kita jadi rutin saling sms dan telepon hingga akhirnya dia ngundang gua ke rumah dia untuk bertemu nyokap dia. Gua menerima tawaran dia sekaligus ingin tau apakah benar kalau nyokap dia habis dioperasi. Ketika gua sampai kerumah, nyokapnya berlinang air mata ngucapin terima kasih, gua bersyukur ternyata eva jujur apa adanya. Dan yang paling gua senang, dia bilang ke gua, kalau dia lagi cari kerjaan buat hidup sebagai orang bersih.
Saat itu, tanpa sepengetahuan eva. Bokap tirinya tiba-tiba minjem duit ke gua, dia bilang buat bayar utang. Karena gua gak enak nolak, akhirnya gua kasih duit ke bokapnya tanpa sepentahuan eva. Gua juga sering bantuin ngaterin eva untuk cari kerjaan yang baik. Sampai akhinya dia dapat kerjaan sementara. Selama ini, keluarga dia gak tau kalau eva kerja sebagai pelacur, eva berusaha nutupi dan akhirnya lembaran gelap itu terkubur dengan sendirinya.
Tanpa kita sadari, gua dan eva samakin dekat. Setelah pendekatan itu, akhirnya kita menjadi sepasang kekasih. Mungkin cinta itu memang buta ya, baru kali ini gua merasakan cinta yang begitu dalam dari seorang perempuan di usia gua yang masih muda. Ketika dulu gua punya cinta monyet. Gua gak pernah ngerasa sebahagia ini selain bersama eva.  Walaupun dia punya masa lalu kelam, cinta berhasil membuat gua menghapus semua pandangan buruk itu. Seminggu setelah jadian, dengang uang jajan yang gua kumpulin, gua membeli cincin yang sama untuk kita pakai sebagai lambang cinta. Buat eva mungkin ini aneh, tapi dia sadar, gua masih berondong dan pasti gaya pacarannya juga kayak sinetron di tv jadi dia maklumin.
Tapi sepanjang waktu kami pacaran, gua merasa eva semakin hari semakin kurus dan tubuhnya jadi lemes gitu, ketika gua Tanya ke dia, dia Cuma bilang kalau dia mungkin kecapean. Tapi sebenarnya ada hal yang gua takutkan dengan kondisi dia. Gua masih ingat, untuk memastikan kalau eva ga bohong pas bilang butuh duit, gua sempat kembali ke tempat pelacuran dia kerja, dan iseng-iseng gua ngobrol sama cewek disana tentang dia.
“ loe siapanya eva?”
“ temen aja mbak, kalau boleh tau, dia kan cantik, kok bisa ga ada pelanggan sih?”
“ nasib mas, eva kena penyakit sifilis( penyakit kelamin). Kayaknya banyak pelanggan yang uda tau dia itu kena penyakit gituan, makanya ga ada yang mau sama dia! Disini kan pesaingan ketat, ada yang bocorin gitu, makanya kasihan dia..”
“ kenapa ga berobat aja dia..?”
“ maunya sih gitu! Tapi nyokapnya kan sakit, jadi dia mati-matian cari duit buat nyokap dia dulu, baru nanti mikirin sembuhin penyakit dia.. “
“ kasihan ya..”
“ iya mas, susah hidup sekarang. Saya yang dulu anterin dia ke dokter aja jadi sedih kalau bayangin hidup dia..”
Dari apa yang teman dia bilang, gua jadi yakin kalau eva jadi kurus ini pasti karena penyakit dia dulu. Walau dia ga pernah mau cerita ke gua, mungkin karena dia takut. Kalau dia penyakitan maka gua akan ninggalin dia. Padahal gua gak pernah peduli dengan sakitnya dia. Sakit eva makin buruk sampai akhirnya dia ga kerja. Gua akhirnya nyamperin ke rumah, dan dia ga bisa bangun karena tiba-tiba tubuhnya jadi kayak lumpuh gitu.
Saat itu juga gua putuskan untuk bawa dia ke rumah sakit, dia sempat menolak.
“ Rasya, rumah sakit itu mahal, orang miskin kayak gua kalau sakit itu ga ada keadilan, jadi biarin aja gua minum obat biasa, nanti juga sembuh”
“ loe itu uda gak bisa bangun. Gak usah pikirin duit. Gua ada tabungan, yang penting sekarang kita ke rumah sakit.”
Dengan penuh kesedihan, akhirnya eva gak bisa nolak kemauan gua. Gua menggendong dia sampai ke rumah sakit, dia dirawat dan dokter mengatakan ke gua dengan berat hati kalau eva sudah kenapa sifilis akut dan seluruh tubuhnya uda terkontiminasi sama sel-sel neurosifilis yang kemungkinan sembuhnya kecil. Dengan penuh air mata gua memohon kepada dokter untuk sembuhin dia. Gua dan nyokap serta adiknya saling bergantian jaga dia. Saat itu lagi ujian akhir kelulusan sekolah, gua harus bertahan dalam dua hal. Konsetrasi ke ujian dan konsetrasi ke eva.
Mungkin kedua cobaan itu berat tapi akhirnya gua berhasil mengerjakan semua ujian yang datang silih berganti bersamaan dengan waktu gua menjaga eva. Eva semakin kritis. Dia gak banyak bicara lagi seperti sebelumnya. Sepertinya dia tau, hidup dia tidak akan lama lagi.  Dia nyerahin sebuah diary ke gua. Dimana disana dia bilang hanya boleh dibaca setelah tiba saatnya nanti.
“ jangan dibuka ya sampai nanti kalau gua uda ga bisa bangun lagi..”
“ kok loe ngomong gitu..”
“ Sya, mungkin.. selama ini gua gak pernah jujur tentang panyakit gua, tapi gua Cuma ga mau kalau loe tau gua punya penyakit ini, loe ninggalin gua. Ternyata gua salah, loe benar-benar hadiah paling indah dalam hidup ini yang dikasih Tuhan buat gua. Gua pikir.. Tuhan gak akan pernah ngasih kebahagiaan buat gua karena memang gua ga pantes. Ternyata gua salah, Tuhan itu adil. Dan keadilan itu dia tunjukkan lewat loe..”
“ jangan ngomong gitu eva.. gua yang harusnya bersyukur punya pacar seperti loe dalam hidup gua, loe benar-benar anugrah..loe harus kuat ya, kita sama-sama berjuang untuk kebahagiaan kita..”
Eva hanya menangis mendengar gua bicara begitu. Gua pun menangis. Entah mengapa, gua seperti merasa ini adalah ujung dari akhir kisah kami.
“ sya, gua mau minta tolong satu hal lagi sama loe. .boleh?”
“ ngomong aja eva, kita kan pacaran, terbuka aja..”
“ gua gak punya apa-apa untuk ngasih loe sebagai balasan atas kebaikan loe, tapi gua Cuma punya ini.. bisa loe ambil kalung ini dari leher gua, soalnya.. tangan gua uda gak bisa bergerak lagi..”
“ kenapa bicara begitu.?”
“plz.. ambill” dengan berat hati gua melepas kalung itu dan mengambilnya.
“ disimpan ya.. sama buku harian yang gua tulis itu..”
“ iya eva.. tadi kamu bilang mau minta tolong, kenapa gak dilanjutkan?”
“ kalau gua mati, tolong jangan kubur gua di sini, gua mau dikubur di tanah kelahiran gua.. bisa..”
Mendengar kalimat itu dari mulut dia. Hati gua hancur. Gua gak tau harus bagaiman mengungkapkan kata-kata yang pantas untuk membuat gua bangkit dan percaya kalau dia akan sembuh. Gua hanya bisa menangis dan mengiyakan permintaan dia. Karena ada ujian lagi di besok. Gua pamitan sama dia. Gua mencium kening dia dan dengan berat hati saat itulah gua merasa ini terakhir kalianya gua akan melihat dia.
Dengan penuh tangis, gua pulang dan berharap Tuhan sekali lagi memberikan keadilan untuk hidup dia. Besoknya gua ujian terakhir dan ketika gua ingin jenguk dia, gua melihat sudah banyak orang di kamar dia di rawat. Semua menangis dan disitulah gua tau, eva telah pergi untuk selamanya. Gua hanya bisa tertunduk lesuh dan menangis dalam hati. Berat rasanya harus melepas kebahagiaan sesaat yang ada dalam hidup gua. Permintaan terakhirnya untuk di makamkan di tanah kelahirannya gua lakukan sebagai tanda cinta terindah dalam hidup gua untuk dia.
Kini, gua menyadari bahwa. Hidup itu sesungguhnya tidak pernah memihak kepada siapapun di dunia ini. tapi hidup itu membuat kita hanya bisa memihak kepada satu hal, bertahan untuk hidup dengan segala cara apapun. Eva mungkin telah berjuang hidup dengan ketidakberpihakan hidup tapi ia berhasil membuktikan kepada gua kalau disaat akhir hidupnya, dia benar-benar merasakan keadilan hidup sesungguhnya. Dengan cinta dan kasih sayang murni tanpa air mata penderitaan. dia mampu mengubah dirinya yang dulu adalah makluk hina menjadi seorang bidadari , walaupun itu hanya di hati gua, tapi gua percaya kelak semua orang akan setuju dengan apa yang gua bilang kalau dia adalah bidadari terakhir yang hidup di dunia ini
Saat hanya bisa mengenangnya , hanya buku harian ini yang tersimpan dan membuat hati gua merasa mungkin jalan terbaik dalam hidup kita adalah seperti saat ini. 30-april 2010, itulah hari paling memilukan dalamn hidup gua dimana saat itulah gua memiliki kesempatan untuk membaca
tulisan terakhir eva untuk gua..
To : My Lovely
Dear,makasih kamu udah mau jadi pendamping aku
selama ini, makasih juga udah mau jadi malaikat
penyelamat untuk ibu aku ..
Andaikan kamu tau aku punya penyakit gini,
aku yakin kamu pasti kecewa trus tinggalin
aku,yakin banget makanya aku ngerahasiain
ini semua. maaf ya?

Dear, Kamu Laki-laki paling baik yang pernah aku temuin
,kamu mau terima aku apa adanya.
Aku perempuan kotor, miskin, keluarga semrawut,
tapi kamu tetep mau deket sama aku ..

Dear,andaikan aku udah gak hidup lagi di dunia
ini,kamu jangan sedih ya ? masih banyak perempuan
yang lebih baik dari aku. kamu orang baik,harus
punya pendamping yang baik juga :’)
Inget,jangan lagi datang-datang ke tempat kotor
gitu. setebal apapun iman kamu,pasti bisa
runtuh sama yang namanya perempuan.

Dear,walau dunia kita udah beda,aku tetep ada di
hati kamu kan? janji? aku akan slalu disamping
kamu,aku akan jaga kamu :* Maaf andai
slama ini aku&keluarga udah nyusahin kamu :*
Goodbye ..


TULISAN DAN KALUNG SERTA CINCIN KENANGAN CINTA EVA DAN RASYA

Semoga kamu bahagia disana eva, aku selalu ada untuk kamu walau kita telah berbeda dalam dunia ini. dan percayalah loe adalah bidadari terakhir dalam hidup gua,

TAMAT

SEMOGA KISAH INI MEMEBERIKAN PELAJARAN UNTUK KITA UNTUK LEBIH MENGHARGAI SETIAP KEHIDUPAN

 

Wonderfull of my life ✿ Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos